Latar Belakang
Kepemimpinan
dan motivasi merupakan sebagian dari masalah-masalah yang paling sering dibahas
dalam kebanyakan organisasi. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau
memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah
"melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada
seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli
diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi
Tujuan
kepemimpinan yaitu membantu orang untuk menegakkan kembali, mempertahankan, dan
meningkatkan motivasi para anggota organisasi. Jadi pemimpin adalah orang yang
membantu orang lain untuk memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Contohnya
yaitu di dalam suatu organisasi, manajer memberikan tugas-tugas kepada
bawahannya untuk melakukan tugas tersebut dan memberikan hasil yang diinginkan
oleh bawahan.
Kepemimpinan
diwujudkan melalui gaya kerja atau cara kerja sama dengan orang lain yang
konsisten. Cara seseorang berbicara dan bersikap kepada orang lain merupakan
suatu gaya kerja yang dimilikinya. Kebanyakan orang mempunyai gaya kerja yang
sistematis, teratur, sesuai aturan organisasi yang berlaku.
Beberapa
pendekatan gaya kerja yang membantu orang lain mencapai hasil yang diinginkan
seperti:
-
Mengendalikan atau mengarahkan
orang lain. Misalnya, seorang manajer memberikan arahan kepada pekerja baru
yang akan menjalankan tugas dan peranannya dalam organisasi.
-
Memberi tantangan atau rangsangan
kepada orang lain. Misalnya, Seorang pekerja atau bawahan diberikan perintah
oleh manajer untuk melakukan kunjungan ke sebuah pabrik.
-
Menjelaskan kepada atau memberi
instruksi kepada orang lain. Misalnya, seorang manajer memberikan perintah
untuk melakukan tugas-tugasnya.
-
Mendorong atau mendukung orang
lain. Misalnya, seorang karyawan mempunyai ide untuk membuat suatu program
acara event di televisi, maka hal tersebut harulah didukung oleh manajernya.
-
Memohon atau membujuk orang lain.
Misalnya, seorang direktur meminta kepada seorang supervisor untuk mengerjakan
pekerjaan bawahannya yang sedang cuti bekerja.
-
Melibatkan atau memperdayakan
orang lain. Misalnya, sebuah tim produksi bekerja sama satu dengan yang
lainnya.
-
Memberi ganjaran atau memperkuat
orang lain. Misalnya, seorang direktur memotong gaji karyawannya yang telat
hadir ke kantor.
Identifikasi Masalah dan Rumusan
Masalah
Masalah yang
akan di bahas dalam makalah presentasi ini mengenai gaya kepemimpinan yang
berbeda-beda, membahas mengenai berbagai gaya kepemimpinan dan perilaku
komunikatif yang menyertai gaya kepemimpinan tersebut. Akhirnya, kita akan
menelaah beberapa prinsip umum mengenai gaya kepemimpinan yang mungkin
dirasakan paling efektif oleh banyak orang pada masa kini.
Landasan Teori
Beberapa
asumsi mengenai manusia yang mendasari gaya kepemimpinan, yaitu teori X dan
teori Y yang menggambarkan sikap mental suatu tipe ideal sehingga kita
memperoleh gambaran yang jelas mengenai seseorang.
Teori X
mengemukakan pendapat mengenai manusia sebagai suatu mesin yang amat memerlukan
pengendalian dari luar. Asumsi teori X mencakup:
Kebanyakan orang berpendapat
bahwa:
– Pekerjaan
adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan berusaha menghindarinya.
– Orang
lebih suka diperintah dan sekaligus harus dipaksa untuk melakukan pekerjaan
mereka.
– Orang
tidak ambisius, tidak ingin maju, dan tidak menginginkan tanggung jawab.
– Orang
dimotivasi oleh keinginan mereka.
– Orang
harus dikendalikan dengan ketat.
Pemimpin yang
berpegang pada teori X menganggap orang sebagai suatu alat produksi,
dimotivasikan oleh ketakutan akan hukuman atau oleh kebutuhannya akan uang dan
rasa aman. Pemimpin ini cenderung mengawasi mereka dengan ketat, , membuat dan
menjalankan aturan dengan keras, dan menggunakan ancaman hukuman sebagai alat
untuk memotivasi mereka.
Teori Y
menganggap bahwa manusia sebagai organisme biologis yang
tumbuh, berkembang, dan melakukan pengendalian terhadap diri mereka sendiri.
Asumsi Teori Y secara ringkas sebagai
berikut :
1. Kebanyakan orang berpendapat bahwa
kerja adalah sesuatu yang alamiah seperti bermain. Bila pekerjaan tidak
menyenangkan, mungkin itu karena cara melakukan pekerjaan tersebut dalam
organisasi.
2. Kebanyakan orang merasa bahwa
pengendalian diri sendiri amat diperlukan supaya pekerjaan dilakukan dengan
baik.
3. Kebanyakan orang dimotivasi terutama
oleh keinginan mereka untuk diterima lingkungan, mendapat pengakuan, dan merasa
berprestasi, seperti juga oleh kebutuhan mereka akan uang untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan rasa aman.
4. Kebanyakan orang ingin menerima dan
bahkan menginginkan suatu tanggung jawab bila mereka memperoleh bimbingan,
pengelolaan dan kepemimpinan yang tepat.
5. Kebanyakan orang mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah secara kreatif dalam organisasi.
Pemimpin yang
mendasari tindakannyaatau gayanya pada Teori Y beranggapan bahwa pegawai
mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam. Mereka percaya bahwa tugas mereka
adalah mengatur dan mengelola sehingga baik organisasi maupun pegawai dapat
emmenuhi kebutuhannya.
Model
Gaya Kepemimpinan
Penelitian Kepemimpinan Negara Bagian
Ohio
Bass (1960)
menjelaskan bahwa faktor “struktur yang mengawali” berpengaruh atas sepertiga
dari variasi total dalam penelitian kepemimpinan, dan “pertimbangan” serta
“struktur yang mengawali” berpengaruh atas 83 persen dari variansi. Seorang
pemimpin yang dinilai baik menitikberatkan pada pemenuhan janji, penghargaan
dan dukungan sebagai teknik motivasi dan bertindak dengan cara yang hangat dan
membantu, menunjukkan perhatian dan penghargaan kepada bawahan. Pemimpin yang
dinilai buruk member ancaman, merendahkan, berperilaku tanpa pertimbangan, dan
menetapkan serta menyusun peranannya dan peranan bawahannya untuk pencapaian
tujuan.
Enam sistem yang popular untuk
mengklarifikasikan dan menjelaskan gaya kepemimpinan :
1. Teori
kisi kepemimpinan (Blake dan Mouton)
Kisi ini berasal
dari hal-hal yang mendasari perhatian manajer perhatiannya pada tugas atau pada
hal-hal yang telah direncanakan untuk diselesaikan organisasi, dan perhatian kepada
orang-orang dan unsure-unsur organisasi yang memengaruhi mereka. Kisi ini
menggambarkan bagaimana perhatian pemimpin pada tugas dan pada manusia
berkelindan sehingga menciptakan gaya pengelolaan dan kepemimpinan. Kelima
jenis gaya ekstrim yang dikemukakan model kisi disajikan secara singgat sebagai
berikut :
a) Gaya
pengalah (impoverished style). Gaya ini ditandai oleh kurangnya perhatian
terhadap produksi. Bila terjadi konflik, pemimpin jenis ini tetap netral dan
berdiri di luar masalah.
b) Gaya
pemimpin pertengahan (middle-of-the-road style). Gaya ini ditandai
oleh perhatian yang seimbang terhadap produksi dan manusia. Pemimpin dengan
gaya ini berusaha untuk jujur tetapi tegas dan mencari pemecahan yang tidak
memihak dan berusaha untuk mempertahankan keadaan tetap baik.
c) Gaya
tim (team style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang tinggi
terhadap tugas dan manusia. Pemimpin tim amat menghargai keputusan yang logis
dan kreatif sebagai hasil dari pengertian dan kesepakatan anggota organisasi.
Bila terjadi konflik, pemimpin tim mencoba memeriksa alasan-alasan timbulnya
perbedaan dan mencari penyebab utamanya. Pemimpin tim mampu menunjukkan
kebutuhan akan saling mempercayai dan saling menghargai di antara sesama
anggota tim, juga menghargai pekerjaan.
d) Gaya
santai (country club style). Gaya ini ditandai oleh rendahnya
perhatian terhadap tugas dan perhatian yang tinggi terhadap manusia. Ia
menghindari terjadinya konflik, tapi bila ini tidak dapat dihindari, ia mencoba
untuk melunakkan perasaan orang, dan menjaga agar mereka tetap bekerja sama.
Pemimpin ini lebih banyak bersikap menolong daripada memimpin.
e) Gaya
kerja (task style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang tinggi
terhadap pelaksanaan kerja tetapi amat kurang memperhatikan manusianya. Bila
timbul konflik, pemimpin jenis ini cenderung menghentikannya atau memenangkan
posisinya dengan cara membela diri, bekerja pada pendiriannya, atau mengulangi
konflik dengan sejumlah argumentasi baru.
Menurut Blake
dan Mouton, gaya tim merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai.
Kepemimpinan gaya tim berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu yang
terbaik bilamana mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang
berarti. Serta melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan ke[putusan,
dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil terbaik
yang mungkin dicapai.
2. Teori
3D (Reddin)
Kisi 3D menghasilkan delapan gaya
manajer atau kepemimpinan. Reddin (1967) menerangkan bahwa keempat gaya yang lebih
efektiftersebut kurang lebih sama efektifnya. Disamping itu ada saatnya
beberapa tugas manajer memerlukan keempat gaya tersebut sekaligus, sedangkan
tugas lainnya cenderung hanya memerlukan satu atau dua gaya saja secara
konsisten.
LEBIH EFEKTIF
1.
Eksekutif
Tugas berat, hubungan kuat, muncul
sebagai motivator yang baik, yang memperlakukan setiap orang dengan cara
tersendiri dan lebih suka melakukan manajemen tim.
2.
Otokrat
Lunak (Benevolent Autocrat)
Tugas berat, hubungan lemah, tampaknya
mengetahui apa yang diinginkannya dan tahu cara memperolehnya tanpa menimbulkan
ketidaksenangan.
3.
Pengembang
(developer)
Tugas ringan, hubungan kuat; tampaknya
mempercayai orang lain secara terselubung dan menaruh perhatian utama pada
pengembangan hubungan yang selaras.
4.
Birokrat
Tugas ringan, hubungan lemah; tampaknya
menaruh perhatian pada aturan-aturan dan prosedur demi kepentingan emreka
sendiri, dank arena ingin menjaga serta mengawasi situasi dengan menggunakan
aturan dan prosedur itu, mereka sering terlihat amat berhati-hati.
KURANG EFEKTIF
1.
Pencari
kompromi (Compromiser)
Tugas berat, hubungan kuat, meskipun
hanya satu atau mungkin tidak ada satupun yang sesuai; muncul sebagai pembuat
keputusan yang buruk dan membiarkan tekanan amat mempengaruhinya; tampaknya
lebih suka meminimalkan tekanan dan masalah daripada memaksimalkan produksi
jangka-panjang.
2.
Otokrat
Tugas berat, hubungan lemah ketika
perilaku seperti ini tidak sesuai; tampaknya tidak mempunyai kepercayaan kepada
orang lain, hanya tertarik pada tugas-tugas langsung.
3.
Pembawa
Misi (Missionary)
Tugas ringan, hubungan kuat ketika
perilaku seperti ini tidak sesuai; tampaknya lebih tertarik kepada manusia
sebagai pribadi.
4.
Penyendiri
(Deserter)
Tugas ringan, hubungan lemah ketika
perilaku seperti ini tidak sesuai; tampak seperti tidak terlibat dan pasif.
3. Teori Kepemimpinan
Situasional
Hersey
dan Blancard mengembangkan konsep kepemimpinan situasional, penelitian ini
menunjukkan banyak kemiripan dengan teori yang dikemukakan Blake dan Mouton
yaitu dua dimensi gaya kepemimpinan dimana struktur pertimbangan dan pengawalan
yang dihasilkan serupa.
Selanjutnya
Hersey dan Blancard memperkenalkan variabel ketiga yaitu kematangan, yang
berfungsi dengan cara yang serupa dengan dimensi keefektifan yang dikemukakan
Reddin. Jadi model kepemimpinan situasional ini penampilannya mirip model
Reddin.
Faktor
yang menentukan efektivitas dijelaskan oleh Hersey dan Blancard sebagai “
tingkat kesiapan anak buah “. Kesiapan ini didefinisikan sebagai kesediaan dan
kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab. Dengan kata lain, bila anak buah
mempunyai kesediaan dan kemampuan yang baik untuk nertanggung jawab, serta
berpengalaman dalam tugas yang dihadapinya, maka gaya kepemimpinan khusus akan
lebih efektif daripada bila kesiapan anak buah kurang. Dengan meningkatnya
kesiapan anak buah, pemimpin mengurangi perilaku ataupun hubungannya.
Ada
empat gaya kepemimpinan situasional yang dapat dikemukakan :
Gaya 1 : Memberitahu
(telling). Gaya ini ditandai oleh komunikasi satu arah. Di sini pemimpin menentukan
peranan anak buah dan memberitahu apa, di mana, kapan dan bagaimana cara
mengerjakan berbagai macam tugas.
Gaya 2 : Mempromosikan
(selling). Gaya ini ditandai oleh usaha melalui dua arah, meskipun hamper semua
pengaturan dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin juga menyediakan dukungan
sosioemosional supaya anak buah turut bertanggung jawab dalam pengambilan
keputusan.
Gaya 3 : Berpartisipasi
(participating). Gaya ini ditandai oleh pemimpin dan anak buah yang
bersama-sama terlibat dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah
yang sebenarnya. Pemimpin lebih banyak terlibat dalam pemberi kemudahan karena
anak buahnya memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk menyelesaikan tugasnya.
Gaya 4 : Mewakilkan
(delegating). Gaya ini ditandai oleh pemimpin yang membiarkan anak buahnya
bertanggung jawab atas keputusan-keputusan mereka. Pemimpin mewakilkan
keputusan kepada anak buahnya kerena mereka mempunyai tingkat kesiapan yang
tinggi, bersedia serta mampu bertanggung jawab untuk mengatur perilaku mereka sendiri.
4.
Teori
Empat Sistem
Likert menemukan empat gaya atau sistem
manajerial yang berdasarkan pasa satu analisis atas delapan variabel manajerial
:
1.
Kepemimpinan
2.
Motivasi
3.
Komunikasi
4.
Interaksi
5.
Pengambilan
keputusan
6.
Penentu
tujuan
7.
Pengendalian
8.
Kinerja
Likert
membagi gaya manajerial tersebut dan berikut adalah ciri keempat sistem
tersebut :
1.
Penguasa mutlak
Gaya ini
berdasarkan pada asumsi terori X McGregor. Pemimpin memberi bimbingan
sepenuhnya dan pengawasan ketat pada pegawai dengan anggapan bahwa cara terbaik
untuk memotivasi pegawai adalah dengan memberi rasa takut, ancaman, dan
hukuman.
2.
Penguasa
semi-mutlak
Gaya ini pada
dasarnya bersifat otoritarian, tetapi mendorong komunikasi ke atas untuk ikut
berpendapat maupun mengatakan keluhan bawahan, namun komunikasi ini dilakukan
melalui jalur resmi.
3.
Penasihat
Gaya ini
melibatkan interaksi yang cukup sering pada tingkat pribadi sampai tingkat
moderat, antara atasan dan bawahan dalam organisasi.
4.
Pengajak-serta
Gaya ini amat
sportif, dengan tujuan agar organisasi berjalan baik melalui partisipasi nyata
pegawai. Informasi berjalan ke segala arah, dan pengendalian dijalankan di
setiap tingkatan.
5 5. Teori Kontikum
Tannenbaum dan Schmidt meneliti
pengambilan keputusan sebagai konsep utama dalam kontinum perolaku kepemimpinan
mereka. Kontinum ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Manajer
membuat keputusan dan mengumumkannya
2.
Manajer
membuat keputusan dan menawarknannya
3.
Manajer
mengemukakan keputusannya dan memberi kesempatan untuk mempertanyakannya
4.
Manajer
mengemukakan keputusan sementara, yang masih dapat diubah
5.
Manajer
mengemukakan beberapa batasan dan meminta bawahan untuk membuat keputusan
6.
Manajer
mengizinkan bawahan membuat keputusan
6 6. Teori kebergantungan
Fiedler
mengembangkan teori gaya kepemimpinan berdasarkan pada konsep kebergantungan.
Menurut teori kebergantungan, keefektifan pemimpin bergantung pada
hubungan-hubungan dalam gaya kepemimpinannya, juga situasi tertentu yang
dihadapinya. Jadi, pemimpin ditinjau sebagai bermotivasi-tugas atau
bermotivasi-hubungan.
Karakteristik
suatu situasi kepemimpinan yang paling penting adalah :
1.
Relasi
pemimpin-anggota
2.
Struktur
tugas
3.
Kekuasaan
jabatan pemimpin
Efektifitas
pemimpin ditentukan oleh kesesuaian antara gaya kepeminpinan dengan
keharmonisan situasinya. Situasi terbaik adalah bila relasi pemimpin-anggota
baik, tugas tersturktur rapi, dan pemimpin mempunyai kekuasaan yang besar.
Penelitian
pada model kebergantungan menunjukkan bahwa :
1.
Pemimpin
bermotivasi-tugas lebih efektif dalam situasi yang amat harmonis dan dalam
situasi yang amat tidak harmonis
2.
Pemimpin
bermotivasi-hubungan lebih efektif dalam situasi yang cukup harmonis
Jadi,
pemimpin bermotivasi-tugas cenderung lebih efektif dalam beberapa situasi yang
amat memerlukan atau yang amat tidak memerlukan pengaruhnya. Pemimpin
bermotivasi-hubungan cenderung lebih efektif dalam situasi yang memerlukan
pengaruh pemimpin dalam kadar secukupnya.
Perilaku
Komunikatif dan Gaya Kepemimpinan
Dalam
suatu teori, fokusnya berkaitan dengan orang-orang harus mencapai hasil
tertentu atau tentang produksi atau
hasil-hasil yang harus dipenuhi, dalam teori lain, fokusnya pada hubungan,
tugas dan keefektifan, atau kematangan. Meskipun setiap teori berisi informasi
yang berguna untuk mereka yang tertarik dalam penyusunan suatu pendekatan untuk
membantu orang lain mencapai tujuannya, yang paling menarik perhatian adalah
gaya yang dihasilkan dari pengambilan fokus khusus. Hal ini karena gaya adalah
sesuatu yang menunjukkan perilaku untuk dipergunakan dalam membantu dengan cara
yang khusus.
Pendekatan Tipe
pada Gaya Kepemimpinan
1.
Hipokratus mungkin
merupakan orang pertama yang berspekulasi tentang faktor-faktor yang
menciptakan dan menandai gaya perilaku perorangan. Hipokratus menyatakan bahwa
struktur dan fisiologi jasmani menentukan kepribadian atau cara berprilaku
seseorang yang sudah menjadi kebiasaannya. Ia menjabarkan empat tipe
kepribadian sebagai hasil pengaruh utama salah satu dari keempat “humor”
jasmani.
2.
James Deese menerangkan
bahwa tidak ada bukti mengenai gagasan semacam ini dan yang masih tersisa dari
tipe-tipe Hipokratus adalah kata sifat yang masih digunakan untuk menggambarkan
sifat-sifat seperti : berdarah dingin, pemberang, periang, dll.
3.
Carl Jung mengembangkan
suatu sistem tipe karakter berdasarkan dua sikap dan empat fungsi. Kedua sikap
ini adalah introversi dan ekstroversi . Keempat fungsi
tersebut adalah : Pikiran, perasaan, penginderaan, dan intuisi.
-
Fungsi pikiran berkenaan
dengan gagasan. Melalui pikiran, manusia mencoba memahami sifat dunia dan
dirinya.
-
Perasaan adalah fungsi
penilaian. Perasaan memberi nilai pada sesuatu dan memegang peranandalam hal
yang berkenaan dengan pengalaman senang, sakit, marah, takut, sedih, cinta,
dll.
-
Perabaan adalah fungsi
yang berhubungan dengan persepsi atau fungsi realitas dan mengungkapkan fakta
dan informasi konkret mengenai dunia.
-
Intuisi menyatakan
perolehan pengetahuan dan pemahaman sifat emosi dunia melalui pemahaman mistis
dan dari sumber-sumber yang tidak disadari.
4.
Myers-Briggs menerangkan
bahwa teori jung mengamsusikan bahwa tampaknya banyak perilaku acak yang
sebenarnya amat teratur dan konsisten, yang disebabkan oleh beberapa persamaan
dan perbedaan dasar tertentu dalam cara manusia mengamati dunia dan membuat
penilaian terhadapnya. Ada dua cara mempersepsi yang amat berlainan, mengamati
melalui indra (sensing) dan mengamati melalui perasaan (intuiting). Dan ada dua
cara penilaian yang amat berlainan, penilaian melalui pikiran (thingking) dan
penialian melalui perasaan (feeling).
Instrumen
Lain yang Berdasarkan pada Tipe
Kolb
mendasarkan penelitiannya tentang gaya belajar, dikenali empat kegiatan pelajar
yaitu, berpikir, merasakan, memperhatikan dan melakukan. Kombinasi dari semua
kegiatan itu menghasilkan empat gaya :
- Pengumpul : relatif tidak emosional dan lebih
suka berurusan dengan benda mati daripada dengan manusia
- Penyebar : cenderung emosional dan
imajinatif serta tertarik pada manusia
- Asimilator : unggul dalam pemikiran induktif
dan memadukan pengamatan-pengamatan yang berlainan menjadi penjelasan yang
terintegerasi dan mereka kurang tertarik pada manusia dan lebih
memperhatikan konsep-konsep abstrak
- Akomodator : membuat rencana-rencana dan
melibatkan diri mereka sdalam pengalaman-pengalaman baru
Pendekatan
Sifat Terhadap Gaya
Empat pendekatan untuk
menjabarkan gaya pengoperasian :
- NREL
- MALONE
- TRACOM
- PERFORMAX
Analisis
Transaksional
Analisis
Transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada
hubungan interaksional. Analisis
Transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk
pendekatan kelompok.
Dikembangkan
oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne
adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Pendekatan
analisis transaksional ini berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan
analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi
analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang
dewasa, dan anak.
Matriks Interaksi hill
Miller, nunnally dan
wackman (1975) mengekstrapolasi empat variebel yabng mereka rasa memegang
peranan dalam gaya-gaya tersebut menitikberatkan perasaan, menitikberatkan
pemikiran, menitikberatkan masalah-masalah pribadi dan menitikberatkan
masalah-masalah hubungan. Mereka menciptakan empat gaya mereka sendiri sebagai
berikut :
Gaya I :
Hangat, ramah, ceria, menghidupkan suasana.
Gaya II :
Mengatur, membujuk, memarahi, menuntut, biasanya digunakan bila anda ingin
meyakinkan atau mengendalikan apa yang terjadi.
Gaya III :
Mencoba-coba, memperluas, memperinci, menyelidiki, meneliti, gaya spekulasi
yang tujuannya nyaris menghentikan dunia, bercermin padanya, dan
menjelajahinya.
Gaya IV : Menyadari, aktif, menerima, menutup,
memelihara, dan bekerjasama mengikuti proses yang menyangkut masalah-masalah
secara terbuka dan langsung.
Gaya pengoperasian
Adalah pola perilaku seseorang yang konsisten , yang
diamati oleh orang lain bila ada orang yang berusaha membantu orang lainnya
untuk mencapai tujuan.
Bagaimana menjelaskan gaya pengoperasian
Perangkat
bahasa yang digunakan secara luas untuk mengungkjapkan makna pengalaman disebut
kiasan. Kiasan memberi makna pada suatu situasi dengan membandingkannya dengan hal lainnya, dengan berbicara tentang
situasi pertama seakan-akan itu adalah situasi kedua.
Gaya kepemimpinan yang paling efektif terbagi
menjadi dua :
1. Gaya
kepemimpinan terbaik –tunggal
Menjadikan karyawan atau bawahannya
seperti kawannya sendiri. Mereka bersedia menerima beban orang lain,
mendahulukan kepentingan orang lain. Dengan begitu dia bisa menjadi pemimpin
yang diterima dan menyenangkan, bergairah, tanpa butuh strategi atau cara yang
rumit untuk dapat mempengaruhi orang lain.
2. Gaya
kepemimpinan terbaik- bersyarat
Gaya pemimpin yang menggunakan kombinasi
perilaku komunikatif yang berbeda ketika menanggapi keadaan sekelilingnya dalam
keadaan tersebut pemimpin berusaha membantu yang lainnya untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
Kesimpulan dan Saran
Dalam sebuah
organisasi dibutuhkan sebuah pemimpin yang akan mengarahkan para anggota atau
bawahannya dalam melakukan berbagai tugas dan peranan untuk dapat menghasilkan
suatu hasil atau tujuan yang akan dicapai. Namun di dalam penerapannya,
terdapat berbagai macam gaya kepemimpinan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh
pemimpin-pemimpin di dunia. Tentunya setiap gaya-gaya kepemimpinan tersebut
memiliki sikap dan perilaku serta gaya bicara yang berbeda-beda. Pemimpin yang
efektif akan melihat karyawan atau bawahannya sebagai seorang kawan, mereka
bersedia mendahulukan kepentingan orang lain, dari pada kepentingannya sendiri.
Pemimpin yang efektif juga akan menggunakian kombinasi perilaku komunikatif
yang berbeda ketika menanggapi keadaan sekelilingnya, dalam keadaan tersebut,
pemimpin berusaha membantu yang lainnya untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Saran kami bagi
pemimpin-pemimpin organisasi yaitu berlakukanlah sebuah organisasi sebagai
sebuah keluarga yang memiliki kedekatan antara ketua dengan anggotanya, antara
direktur dengan bawahannya, sehingga diantaranya terdapat hubungan komunikasi
yang semakin harmonis dan baik. Pemimpin tidak seharusnya menjadikan bawahan
sebagai budak yang rendah. Pemimpin harus memberikan motivasi kepada
bawahannya, serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia bagi karyawan atau
bawahannya. Kami juga menyarankan, dalam menghadapi setiap permasalahan
sebaiknya pemimpin bersikap tegas terhadap situasi dan kondisi tertentu.